Rabu, 30 Maret 2011

Apakah Anda sudah berada pada habitat yang benar,?

Pernahkah Anda melihat Singa?
Sebagian besar mungkin pernah.
Di mana? Di kebun binatang?
Ya sebagian besar melihat singa di kebun
binatang, betul?

Apakah Anda takut ketika melihat singa di
kebun binatang? Tidak.
Kenapa? Karena Singa sudah dalam
kerangkeng.
Kalaupun ada yang dilepas, singanya
sudah jinak,
kita bisa menyentuh bisa, berfoto ria.

Bagaimana jika Anda bertemu singa di
habitatnya alam bebas?
Menakutkan bukan?
Seandainya saja kita melihat singa 50 m
jaraknya dari kita di alam bebas,
jantung kita sudah terasa copot.
Lemas, karena hampir tidak mungkin bisa
lepas dari mangsanya.

Apa yang membedakan singa di padang
Afrika dengan singa
di kebun binatang di kebun binatang?
Atau di sirkus?

Kenapa singa di sirkus jadi bahan hiburan,
tetapi singa di padang rumput
menakutkan?

Singa menakutkan di padang rumput,
karena padang rumput adalah habitatnya.
Ketika singa berada di habitatnya mereka
mempunyai segala kemampuannya dan
menjadi mahluk menakutkan.

Ikan piranha sungguh menakutkan.
Tapi ketika ditaruh di dalam aquarium
ikan ganas itu menjadi hiasan yang
menarik.

Ikan hiu juga ganas, tetepi ketika ada di
aquarium raksasa menjadi totonan.

Jika ikan hiu diletakkan di tengah
lapangan, mungkin 1 jam pertama
mungkin menggelepar dengan taring
terbuka, menakutkan, tapi setelah itu
lemas menuju ajal.

Semua mahluk ketika diluar habitatnya
maka mereka menjadi lemah.
Bagaimana dengan kita?

Setiap kita juga mempunyai habitatnya
(boleh di baca jati diri) masing-masing,
apabila kita keluar dari habitat tersebut
maka kita akan lemah.

Habitat atau jati diri dan kemuliaan manusia
terletak pada akal dan hatinya, ketika
manusia kehilangan ini maka ia
kehilangan kemuliaannya.

Seorang pemimpin habitatnya adalah
amanah dan kapabilitas. Kalau mereka
kehilangan amanah dan tidak punya
kapabilitas maka segala yang dipimpinnya
akan menuju kehancuran.

Seorang muslim (mohon maaf bagi yang
beragama lain jika tidak terlalu familiar
dengan bagian ini), habitatnya adalah Al
Quran dan hadits. Jika muslim ada dalam
habitat ajaran Quran dan hadist maka
mereka akan menjadi umat terhormat,
punya harga diri, berperestasi dan
menyejukkan bagi lingkungan dan
masyarakat(rahmat bagi sekalian alam).

Jika Muslim keluar dari habitat Quran dan
hadits (sebagaimana sebagian besar
muslim di dunia saat ini) maka mereka
kehilangan harga diri, jadi cemoohan,
tertawaan, dan direndahkan.

Fenomena musholah yang ditempatkan di
lokasi yang tidak strategis dan sulit
dijangkau di sebagian besar mall (padahal
ruang merokok ada di tempat strategis
dan terkesan mewah) atau fenomena aksi
main hakim sendiri atau perusakan atas
nama agama, adalah sedikit contoh yang
terjadi akibat muslim sudah keluar dari
habitat aslinya Quran dan hadits.

Karena tidak berpegang dengan ajarannya, maka
Muslim tidak punya kekuatan bargain dan
menjadi silent majority, tetapi di sisi lain
ada juga yang memaksakan kehendaknya
jadi bertindak belebihan atau anarkis. Jadi
tidak proporsional (tidak tawazun).

Orang sukses habitatnya adalah
berkumpul dengan orang sukses,
membaca buku-buku positif dan bergaul
dengan orang yang berpikiran positif, ikut
fan page positif, dan aktif di website yang
memberi energi positif.

Pelajar dan ilmuwan, habitatnya di dunia
buku, pustaka, dan diskusi.

Intinya, pada setiap individu, pada setiap
profesi ada tempat atau atmosfer yang
paling ideal untuk mencapai puncak.

Temukan atmosfer tersebut, cari habitat
terbaik dan Anda akan sukses.
Insya Allah. !!

Tidak ada komentar: