Senin, 28 Maret 2011

Bencana UAN, refleksi try out.

Try Out UAN SMP yang diadakan diknas
baru saja lewat jumat kemarin.
Kalau tidak ada perubahan berarti,
mungkin UAN akan menjadi bencana
besar bagi anak-anak Indonesia.
Kenapa?

Try Out adalah bayangan UAN ke depan,
karena itu penyelenggraaannya
diusahakan semirip situasi aslinya.
Bahkan dengan "TEGAS" super "PEDE"
pengawas mengatakan
"Tidak ada pertanyaan, atas soal, kerjakan
saja."

Mantap...
Tapi sayangnya ini PEDE tidak pada
tempatnya

Kesalahan fatal pertama:
BANYAK SOAL SALAH
Bayangkan saja hampir di setiap mata
pelajaran yang diujikan ada soal yang
kasat mata salah (Salah ketik, salah cetak
dsb).

Pada pelajaran bahasa Inggris ada soal
seperti ini:
Arti dari kata yang digarisbawahi pada
kalimat tersebut adalah:.... (Padahal di
soal tersebut tidak ada kata yang
digarisbawahi).

Pada pelajaran matematika ada soal:
Luas bangunan yang diarsir adalah.....
(Padahal digambar tersebut tidak ada
yang diarsir, jadi bagaimana tahu
jawabannya).
Luas bidang tanah 1/3 diberi ke A, 5/6
diberi ke B, sisa 30 cm untuk C.
Berapa jatah B?
Padahal jumlah tanah yang sudah
dibagikan sudah lebih dari 100% atau 7/6
(logikanya tidak boleh lebih dari 6/6)

Ada pertanyaan seperti ini:
Berdasarkan denah tersebut maka posisi
ada di (Tapi di soal tersebut denah tidak
tercetak).

Ada juga soal yang jawabannya 432000
tapi tertulis 423000 (Salah ketik)

Bahkan ada guru matematika yang bilang
di soal matematika paket 7 ada 9 soal
yang tidak ada jawabannya. Bayangkan 9
salah soal dari 40 soal. Kalau benar semua
tidak mungkin dapat nilai 8 dan kalau
dianulir, tidak fair.

Pada pelajaran Bahasa Indonesia ada
salah soal seperti ini:
Tuti menulis surat ayahnya untuk belajar
di rumah Sarah...
Tapi dijawaban yang paling mendekati
benar ditulis dengan nama Irma (salah
ketik?)

Salah soal seperti ini sangat berbahaya:
1. Anak kehabisan waktu untuk
mengulang dan mengulang lagi untuk
sesuatu yang tidak bermanfaat (karena
tidak ada jawabannya).
2. Anak jadi kehabisan energi karena
berkutat di soal yang membingungkan
tapi tidak ada jawabannya.
3. Lebih parah lagi anak jadi rendah diri
pada saat ujian, muncul stres tidak
penting. Mereka merasa siap tapi ternyata
mereka tidak bisa menjawab.
Padahal tidak ada jawabannya.
4. Lebih parah lagi, anak yang percaya
diri, karena tahu soalnya banyak yang
salah, ketika soalnya benar dan dia salah
menjawab, dia menganggap soalnya yang
salah.

Kesalahan fatal keduaa
MASIH ADA SOAL YANG MULTI
INTERPRETASI
Salah satu tantangan untuk membuat
soal multiple choice adalah membuat soal
yang sulit tapi valid dan tidak multitafsir.
Tipis perbedaaanya tapi hanya satu valid.
Kalau ada dua yang bisa valid maka
sangat menyesatkan.
Misalnya di try out bahasa Inggris ada
soal
Anak menulis kartu ulang tahun pada
ibunya, lalu pertanyaannya
Apakah anak ini:
a. Mencintai ibunya
b. Menghargai ibunya
c. Rindu ibunya..
dll.
Padahal semua jawaban di atas tidak bisa
disalahkan, karena ada anak mengirim
kartu karena cinta, kangen, dll.

Misalnya di UAN 2009 bidang science
Ada soal:
Untuk melindung burung kakak tua maka
a. menanam pohon potensial untuk
sarang kakak tua
b. menakar dan dipelihara untuk koleksi
c. Menangkap dan dipeliharadi rumah
d. Memagari dan melindungi habitat
kakak tua.
Jawab a dan d bisa diterima (sekalipun
A mungkin jawabannya, tapi kalau pada
jawabab D kata memagari konteksnya
pagar yang tidak bisa dilewati manusia
tapi atasnya tetap terbuka juga benar.
Kalau kata yang dipili adalah mengurung
(dalam sangkar raksasa bisa jadi D salah).
Dan masih banyak contoh lainnya.

Kesalahan fatal ketiga
FAIRNESS (kedilan soal)
Untuk menghindari kebocoran soal, soal
UAN dibuat beberapa paket, katakanlah
paket 1,2,3,4,5.
Idealnya setiap kode isinya soalnya sama
tapi urutannya beda.
Tapi kenyataannya beberapa soal ada
yang berbeda. Jadi tidak fair untuk anak-
anak.

Misalnya :
9:3 dan 9:2 sama sama soal pembagian
tapi tingkat kesulitannya beda.
Jadi tetap saja tidak adil jika ada soal yang
berbeda.
Kalau urutannya diacak tidak masalah,
tapi kalau beda tentu masalah.

Semoga saja orang tua yang peduli, pakar
yang mengerti, pejabat yang berwenang,
lebih berperan mengkoreksi ini.

Kalau insiden ini terjadi di UAN. maka
bencana bagi anak-anak Indonesia.
Rasul saw. menjawab, “Jika urusan
diserahkan kepada yang bukan ahlinya,
maka tunggulah kehancuran ” (HR
Bukhari).

Tidak ada komentar: